BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahasa terbentuk dari beberapa tataran gramatikal, yaitu dari tataran
terendah sampai tertinggi adalah kata, frase, klausa, kalimat. Ketika
anda menulis dan berbicara, kata adalah kunci pokok dlam membentuk
tulisan dan ucapan. Maka dari itu kata-kata dalam bahasa Indonesia harus
dipahami dengan baik, supaya ide dan pesan seseorang dapat dimengerti
dengan baik. Kata-kata yang digunakan dalam komunikasi harus dipahami
dalam konteks alinea dan wacana. Tidak dibenarkan menggunakan kata-kata
sesuka hati, tetapi yang harus mengikuti kaidah-kaidah yang benar. Menulis merupakan kegiatan yang menghasilkan ide secara terus menerus
dalam bentuk tulisan yang teratur yang mengungkapkan gambaran, maksud,
gagasan, perasaan ( ekspresif ). Untuk itu penulis atau pengarang
membutuhkan keterampilan dalam hal struktur bahasa dan kosakata. Yang
terpenting dalam menulis adalah penguasaan kosakata yang merupakan
bagian dari diksi. Ketetapan diksi dalam membuat suatu tulisan atau
karangan tidak dapat diabaikan demi menghasilkan tulisan yang mudah
dimengerti. Diksi dapat diartikan sebagai pilihan kata pengarang dalam
menggambarkan “ cerita “ pengarang. Walaupun dapat diartikan begitu,
diksi tidak hanya pilih-memilih kata saja atau mengungkapkan gagasan
pengarang, tetapi juga meliputi gaya bahasa, dan ungkapan-ungkapan.
Pemilihan kata yang tepat merupakan sarana pendukung dan penentu
keberhasilan dalam berkomunikasi. Pilihan kata atau diksi bukan hanya soal
pilih-memilih kata, melainkan lebih mencakup bagaimana efek kata tersebut
terhadap makna dan informasi yang ingin disampaikan. Pemilihan kata tidak hanya
digunakan dalam berkomunikasi namun juga digunakan dalam bahasa tulis
(jurnalistik). Dalam bahasa tulis pilihan kata (diksi) mempengaruhi pembaca
mengerti atau tidak dengan kata-kata yang kita pilih. Dalam makalah ini, penulis berusaha menjelaskan mengenai diksi yang
digunakan dalam kehidupan sehari-hari baik dalam segi makna dan relasi, gaya
bahasa, ungkapan, kata kajian, kata popular, kata sapaan dan kata serapan.
B. Rumusan Masalah
Adapun perumusan masalah yang akan dibahas adalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan pengertian diksi ?
2. Bagaimana pembagian makna kata ?
3. Apa penyebab kesalahan pemakaian gabungan kata dan kata ?
1. Apa yang dimaksud dengan pengertian diksi ?
2. Bagaimana pembagian makna kata ?
3. Apa penyebab kesalahan pemakaian gabungan kata dan kata ?
4. Bagaimana penerapan diksi dalam kalimat ragam formal ?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini, antara lain :
- Untuk menambah ilmu pengetahuan tentang bagaimana tatacara dalam penyusunan atau pembuatan sebuah makalah yang baik dan benar.
- Makalah ini dapat dijadikan media untuk menambah ilmu pengetahuan para mahasiswa/i.
- Sebagai modul pembelajaran bagi mahasiswa/i dari mata kuliah Bahasa Indonesia pembahasan mengenai Diksi atau Pilihan Kata.
- Mampu menggunakan bahasa yang tepat dalam berkomunikasi.
------------------------------------------------------------------------------------------
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Diksi
Pilihan kata atau diksi
pada dasarnya adalah hasil dari upaya memilih kata tertentu untuk dipakai dalam
kalimat, alenia, atau
wacana. Pemilihan
kata dapat dilakukan bila tersedia
sejumlah kata yang artinya hampir
sama atau bermiripan. Pemilihan kata bukanlah sekedar memilih kata yang
tepat, melainkan juga memilih kata yang cocok. Cocok
dalam arti sesuai dengan konteks di
mana kata itu berada, dan maknanya tidak bertentangan dengan yang nilai rasa
masyarakat pemakainya.
Diksi adalah ketepatan
pilihan kata. Penggunaan ketepatan pilihan kata dipengaruhi oleh kemampuan
pengguna bahasa yang terkait dengan kemampuan mengetahui, memahami, menguasai,
dan menggunakan sejumlah kosa kata secara aktif yang dapat mengungkapkan
gagasan secara tepat sehingga mampu mengomunikasikannya
secara efektif kepada pembaca atau pendengarnya.
Dalam karangan ilmiah, diksi dipakai untuk menyatakan sebuah konsep,
pembuktian, hasil pemikiran, atau solusi dari suatu masalah. Adapun fungsi
diksi antara lain :
- Melambangkan gagasan yang diekspresikan secara verbal.
- Membentuk gaya ekspresi gagasan yang tepat.
- Menciptakan komunikasi yang baik dan benar.
- Mencegah perbedaan penafsiran.
- Mencagah salah pemahaman.
- Mengefektifkan pencapaian target komunikasi.
2.2 Syarat-syarat Ketetapan Diksi
Ketepatan adalah kemampuan sebuah kata untuk menimbulkan gagasan yang sama
pada imajinasi pembaca atau pendengar, seperti yang dipikirkan atau dirasakan
oleh penulis atau pembicara, maka setiap penulis atau pembicara harus berusaha
secermat mungkin memilih kata-katanya untuk mencapai maksud tersebut. Ketepatan
tidak akan menimbulkan salah paham. Selain pilihan kata yang
tepat, efektivitas komunikasi menuntut pesyaratan yang harus di penuhi oleh pengguna
bahasa, yaitu kemampuan memilih kata yang sesuai dengan tuntutan komunikasi.
Adapun syarat-syarat ketepatan pilihan kata adalah :
1. Membedakan secara cermat denotasi dan konotasi.
Denotasi ialah kata yang bermakna lugas atau tidak
bermakna ganda. Sedangkan konotasi ialah kata yang dapat menimbulkan
bermacam-macam makna.
Contoh :
·
Bunga
eldeweis hanya tumbuh ditempat yang tinggi. (Denotasi)
·
Sinta
adalah bunga desa di
kampungnya. (Konotasi)2. Membedakan dengan cermat kata-kata yang hampir bersinonim.
·
Siapa pengubah peraturan yang
memberatkan pengusaha?
·
Pembebasan
bea masuk untuk jenis barang tertentu adalah peubah peraturan yang selama ini memberatkan pengusaha.
·
Intensif
– insensif
·
Karton
– kartun4. Tidak menafsirkan makna kata secara subjektif berdasarkan pendapat sendiri, jika pemahaman belum dapat dipastikan.
Contoh :
·
Modern : canggih (secara subjektif)
·
Modern : terbaru atau muktahir (menurut kamus)
·
Canggih : banyak cakap, suka menggangu, banyak mengetahui, bergaya intelektual
(menurut kamus)
Contoh :
·
Dilegalisir seharusnya dilegalisasi.
·
Koordinir seharusnya koordinasi.
Kata umum adalah sebuah kata
yang mengacu kepada suatu hal atau kelompok yang luas bidang lingkupnya.
Sedangkan kata khusus adalah
kata yang mengacu kepada pengarahan-pengarahan yang khusus dan kongkret.
Contoh :
·
Kata umum : melihat
· Kata khusus : melotot,
membelak, melirik, mengintai, mengamati, mengawasi, menonton, memandang,
menatap.
7. Memperhatikan perubahan makna yang terjadi pada kata-kata yang sudah dikenal.
Contoh :
·
Isu
(berasal dari bahasa Inggris “issue”) berarti publikasi, perkara.
·
Isu
(dalam bahasa Indonesia) berarti kabar yang tidak jelas asal-usulnya, kabar
angin, desas-desus.
8. Menggunakan dengan cermat kata bersinonim, berhomofoni, dan berhomografi.
Sinonim adalah kata-kata yang
memiliki arti sama.
Homofoni adalah kata yang
mempunyai pengertian sama bunyi, berbeda tulisan, dan berbeda makna.
Homografi adalah kata yang
memiliki kesamaan tulisan, berbeda bunyi, dan berbeda makna.
Contoh :
·
Sinonim
: Hamil (manusia) – Bunting (hewan)
·
Homofoni
: Bank (tempat menyimpan uang) – Bang
(panggilan kakak laki-laki)
·
Homografi
: Apel (buah) – Apel (upacara)
Selain ketepatan pilihan kata itu, pengguna bahasa harus pula
memperhatikan kesesuaian kata agar tidak merusak makna, suasana, dan
situasi yang hendak ditimbulkan, atau suasana yang sedang berlangsung.
Syarat kesesuaian kata:
1. Menggunakan ragam baku dengan cermat dan tidak mencampuradukan penggunakannya dengan kata tidak baku yang hanya digunakan dalam pergaulan, misalnya: hakikat (baku), hakekat (tidak baku), konduite (baku), kondite (tidak baku),
2. Menggunakan kata yang berhubungan dengan nilai sosial dengan cermat, misalnya: kencing (kurang sopan), buang air kecil (lebih sopan), pelacur (kasar), tunasusila (lebih halus),
3. Menggunakan kata berpasangan (idiomatuik), dan berlawanan makna dengan cermat, misalnya: sesuai bagi (salah), sesuai dengan (benar), bukan hanya melainkan juga (benar), bukan hanya tetapi juga (salah), tidak hanya tetapi juga (benar),
4. Menggunakan kata dengan nuansa tertentu, misalnya: berjalan lambat, mengesot, dan merangkak, merah darah; merah hati. Menggukan kata ilmiah untuk karangan ilmiah, dan komunikasi non ilmiah (surat-meyurat, diskusi umum)
5. menggunakan kata popular, misalnya: argumentasi (ilmiah), pembuktian (popular), psikologi (ilmiah), ilmu jiwa (popular).Menghindarkan penggunaan ragam lisan (pergaulan dalam bahasa tulis), misalnya: tulis, baca, kerja (bahasalisan), menulis, menuliskan, membaca, membacakan, bekerja, mengerjakan, dikejakan, (bahasa tulis).
1. Menggunakan ragam baku dengan cermat dan tidak mencampuradukan penggunakannya dengan kata tidak baku yang hanya digunakan dalam pergaulan, misalnya: hakikat (baku), hakekat (tidak baku), konduite (baku), kondite (tidak baku),
2. Menggunakan kata yang berhubungan dengan nilai sosial dengan cermat, misalnya: kencing (kurang sopan), buang air kecil (lebih sopan), pelacur (kasar), tunasusila (lebih halus),
3. Menggunakan kata berpasangan (idiomatuik), dan berlawanan makna dengan cermat, misalnya: sesuai bagi (salah), sesuai dengan (benar), bukan hanya melainkan juga (benar), bukan hanya tetapi juga (salah), tidak hanya tetapi juga (benar),
4. Menggunakan kata dengan nuansa tertentu, misalnya: berjalan lambat, mengesot, dan merangkak, merah darah; merah hati. Menggukan kata ilmiah untuk karangan ilmiah, dan komunikasi non ilmiah (surat-meyurat, diskusi umum)
5. menggunakan kata popular, misalnya: argumentasi (ilmiah), pembuktian (popular), psikologi (ilmiah), ilmu jiwa (popular).Menghindarkan penggunaan ragam lisan (pergaulan dalam bahasa tulis), misalnya: tulis, baca, kerja (bahasalisan), menulis, menuliskan, membaca, membacakan, bekerja, mengerjakan, dikejakan, (bahasa tulis).
2.3 Faktor Penyebab Perubahan Makna
Adapun faktor-faktor perubahan makna, yaitu :
1. Kebahasaan
Meliputi perubahan intonasi, bentuk kata, dan bentuk kalimat.
a. Perubahan intonasi adalah perubahan makna yang diakibatkan oleh perubahan nada, irama, dan tekanan.
Contoh dalam kalimat;
• Paman teman saya belum nikah
• Paman, teman saya belum nikah
• Paman, teman, saya belum nikah
• Paman, teman, saya, belum nikah
b. Perubahan struktur frasa: kaleng susu (kaleng bekas tempat susu) susu kaleng (susu yang dikemas dalam kaleng), dokter anak (dokter spesialis anak), anak dokter (aanak yang dilahirkan oleh orang tua yang menjadi dokter).
c. Perubahan bentuk kata adalah perubahan makna yang ditimbulkan oleh perubahan bentuk. Contoh; tua (tidak muda) jika ditambah awalan ke- maka menjadi ketua, makna berubah menjadi pemimpin.
d. Kalimat akan berubah makna jika struktur kalimatnya berubah. Perhatikan kalimat berikut:
• Karena sudah diketahui sebelumnya, satpam segera dapat meringkus penjahat itu.
Kalimat diatas, salah kesejajaran bentuk kata diketahui seharusnya mengetahui.
• Karena mengetahui sebelumnya, satpam segera dapat meringkus penjahat itu.
• Pencuri itu segera diringkus oleh satpam karena sudah diketahui sebelumnya.
Meliputi perubahan intonasi, bentuk kata, dan bentuk kalimat.
a. Perubahan intonasi adalah perubahan makna yang diakibatkan oleh perubahan nada, irama, dan tekanan.
Contoh dalam kalimat;
• Paman teman saya belum nikah
• Paman, teman saya belum nikah
• Paman, teman, saya belum nikah
• Paman, teman, saya, belum nikah
b. Perubahan struktur frasa: kaleng susu (kaleng bekas tempat susu) susu kaleng (susu yang dikemas dalam kaleng), dokter anak (dokter spesialis anak), anak dokter (aanak yang dilahirkan oleh orang tua yang menjadi dokter).
c. Perubahan bentuk kata adalah perubahan makna yang ditimbulkan oleh perubahan bentuk. Contoh; tua (tidak muda) jika ditambah awalan ke- maka menjadi ketua, makna berubah menjadi pemimpin.
d. Kalimat akan berubah makna jika struktur kalimatnya berubah. Perhatikan kalimat berikut:
• Karena sudah diketahui sebelumnya, satpam segera dapat meringkus penjahat itu.
Kalimat diatas, salah kesejajaran bentuk kata diketahui seharusnya mengetahui.
• Karena mengetahui sebelumnya, satpam segera dapat meringkus penjahat itu.
• Pencuri itu segera diringkus oleh satpam karena sudah diketahui sebelumnya.
2. Kesejarahan
Kata perempuan pada zaman penjajahan Jepang digunakan untuk untuk menyebut perempuan penghibur. Orang menggantinya dengan kata wanita . Kini setelah orang melupakan peristiwa tersebut menggunakan nya kembali, dengan pertimbangan, kata perempuan lebih mulia dibanding kata wanita.
Kata perempuan pada zaman penjajahan Jepang digunakan untuk untuk menyebut perempuan penghibur. Orang menggantinya dengan kata wanita . Kini setelah orang melupakan peristiwa tersebut menggunakan nya kembali, dengan pertimbangan, kata perempuan lebih mulia dibanding kata wanita.
3. Kesosialan
Masalah kesosialan berpengaruh terhadap perubahan makna. Contoh; petani kaya disebut petani berdasi, militer disebut baju hijau.
Masalah kesosialan berpengaruh terhadap perubahan makna. Contoh; petani kaya disebut petani berdasi, militer disebut baju hijau.
4. kejiwaan
Perubahan makna Karena faktor kejiwaan ditimbulkan oleh pertimbangan: rasa takut, kehalusan ekspresi, dan kesopanan. Perhatikan contoh berikut ini:
a. Tabu:
• Pelacur disebut tunasusila
• Germo disebut hidung belang
b. Kehalusan:
• Bodoh disebut kurang pandai
• Malas disebut kurang panadi
c. Kesopanan:
• Ke kamar mandi disebut kebelakang
• Gagal disebut kurang berhasil
Perubahan makna Karena faktor kejiwaan ditimbulkan oleh pertimbangan: rasa takut, kehalusan ekspresi, dan kesopanan. Perhatikan contoh berikut ini:
a. Tabu:
• Pelacur disebut tunasusila
• Germo disebut hidung belang
b. Kehalusan:
• Bodoh disebut kurang pandai
• Malas disebut kurang panadi
c. Kesopanan:
• Ke kamar mandi disebut kebelakang
• Gagal disebut kurang berhasil
5. Bahasa Asing
Perubahan makna karena faktor bahasa asing, misalnya kata tempat orang terhormat diganti dengan VIP.
Perubahan makna karena faktor bahasa asing, misalnya kata tempat orang terhormat diganti dengan VIP.
6. Kata Baru
Kreativitas pemakai bahasa berkembang terus sesuai dengan kebutuhannya. Kebutuhan tersebut, memerlukan bahasa sebagai alat ekspresi dan komunikasi. Pethatikan penggunaan kata: jaringan, kinerja,dan justifikasi.
• Jaringan kerja untuk menggantikan network
• Justifikasi untuk menggantikan pembenaran
• Kinerja untuk menggantikan performance
------------------------------------------------------------------------------------------
BAB III
PENUTUP
Diksi adalah ketepatan pilihan kata. Penggunaan ketepatan pilihan kata
ini dipengaruhi oleh kemampuan pengguna bahasa yang terkait dengan
kemampuan mengetahui, memahami, menguasai, dan menggunakan sejunlah
kosakata secara aktif yang dapat mengungkapkan gagasan secara tepat
sehingga mampu mengkomunikasikannya secara efektif kepada pembaca atau
pendengarnya. Selain kata yang tepat, efektivitas, komunikasi menuntut
persyaratan yang harus dipenuhi oleh pengguna bahasa, yaitu kemampuan
memilih kata yang sesuai dengan tuntutan komunikasi.
Ada tiga hal yang yang dapat kita petik. Pertama, kemampuan memilih kata hanya dimungkinkan bila seseorang menguasai kosakata yang cukup luas. Kedua, diksi atau pilihan kata mengandung pengertian upaya atau kemampuan membedakan secara tepat kata-kata yang memiliki nuansa makna serumpun. Ketiga, pilihan kata mengangkut kemampuan untuk memilih kata-kata yang tepat dan cocok untuk situasi dan konteks tertentu.
Bahasa terbentuk dari beberapa tataran gramatikal, yaitu dari tataran terendah
sampai tertinggi adalah kata, frase, klausa, kalimat. Ketika anda menulis dan
berbicara, kata adalah kunci pokok dalam membentuk tulisan dan ucapan. Maka
dari itu kata-kata dalam bahasa Indonesia harus dipahami dengan baik, supaya
ide dan pesan seseorang dapat dimengerti dengan baik. Kata-kata yang digunakan
dalam komunikasi harus dipahami dalam konteks alinea dan wacana. Tidak
dibenarkan menggunakan kata-kata dengan sesuka hati, tetapi harus mengikuti
kaidah-kaidah yang benar.
Menulis merupakan kegiatan yang menghasilkan ide secara terus-menerus dalam bentuk tulisan yang teratur yang mengungkapkan gambaran, maksud, gagasan, perasaan(ekspresif). Untuk itu penulis atau pengarang membutuhkan keterampilan dalam hal struktur bahasa dan kosa kata. Yang terpenting dalam menulis adalah penguasaan kosa kata yang merupakan bagian dari diksi. Ketepatan diksi dalam membuat suatu tulisan atau karangan tidak dapat diabaikan demi menghasilkan tulisan yang mudah dimengerti.
Diksi dapat diartikan sebagai pilihan kata pengarang dalam mengggambarkan “cerita” pengarang. Walaupun dapat diartikan begitu, diksi tidak hanya pilih-memilih kata saja atau mengungkapkan gagasan pengarang, tetapi juga meliputi gaya bahasa, ungkapan-ungkapan. - See more at: http://ilhamposts.blogspot.com/2012/11/makalah-pilihan-kata-diksi.html#sthash.1Uq7hvqH.dpuf
Menulis merupakan kegiatan yang menghasilkan ide secara terus-menerus dalam bentuk tulisan yang teratur yang mengungkapkan gambaran, maksud, gagasan, perasaan(ekspresif). Untuk itu penulis atau pengarang membutuhkan keterampilan dalam hal struktur bahasa dan kosa kata. Yang terpenting dalam menulis adalah penguasaan kosa kata yang merupakan bagian dari diksi. Ketepatan diksi dalam membuat suatu tulisan atau karangan tidak dapat diabaikan demi menghasilkan tulisan yang mudah dimengerti.
Diksi dapat diartikan sebagai pilihan kata pengarang dalam mengggambarkan “cerita” pengarang. Walaupun dapat diartikan begitu, diksi tidak hanya pilih-memilih kata saja atau mengungkapkan gagasan pengarang, tetapi juga meliputi gaya bahasa, ungkapan-ungkapan. - See more at: http://ilhamposts.blogspot.com/2012/11/makalah-pilihan-kata-diksi.html#sthash.1Uq7hvqH.dpuf
Bahasa terbentuk dari beberapa tataran gramatikal, yaitu dari tataran terendah
sampai tertinggi adalah kata, frase, klausa, kalimat. Ketika anda menulis dan
berbicara, kata adalah kunci pokok dalam membentuk tulisan dan ucapan. Maka
dari itu kata-kata dalam bahasa Indonesia harus dipahami dengan baik, supaya
ide dan pesan seseorang dapat dimengerti dengan baik. Kata-kata yang digunakan
dalam komunikasi harus dipahami dalam konteks alinea dan wacana. Tidak
dibenarkan menggunakan kata-kata dengan sesuka hati, tetapi harus mengikuti
kaidah-kaidah yang benar.
Menulis merupakan kegiatan yang menghasilkan ide secara terus-menerus dalam bentuk tulisan yang teratur yang mengungkapkan gambaran, maksud, gagasan, perasaan(ekspresif). Untuk itu penulis atau pengarang membutuhkan keterampilan dalam hal struktur bahasa dan kosa kata. Yang terpenting dalam menulis adalah penguasaan kosa kata yang merupakan bagian dari diksi. Ketepatan diksi dalam membuat suatu tulisan atau karangan tidak dapat diabaikan demi menghasilkan tulisan yang mudah dimengerti.
Diksi dapat diartikan sebagai pilihan kata pengarang dalam mengggambarkan “cerita” pengarang. Walaupun dapat diartikan begitu, diksi tidak hanya pilih-memilih kata saja atau mengungkapkan gagasan pengarang, tetapi juga meliputi gaya bahasa, ungkapan-ungkapan. - See more at: http://ilhamposts.blogspot.com/2012/11/makalah-pilihan-kata-diksi.html#sthash.1Uq7hvqH.dpuf
Menulis merupakan kegiatan yang menghasilkan ide secara terus-menerus dalam bentuk tulisan yang teratur yang mengungkapkan gambaran, maksud, gagasan, perasaan(ekspresif). Untuk itu penulis atau pengarang membutuhkan keterampilan dalam hal struktur bahasa dan kosa kata. Yang terpenting dalam menulis adalah penguasaan kosa kata yang merupakan bagian dari diksi. Ketepatan diksi dalam membuat suatu tulisan atau karangan tidak dapat diabaikan demi menghasilkan tulisan yang mudah dimengerti.
Diksi dapat diartikan sebagai pilihan kata pengarang dalam mengggambarkan “cerita” pengarang. Walaupun dapat diartikan begitu, diksi tidak hanya pilih-memilih kata saja atau mengungkapkan gagasan pengarang, tetapi juga meliputi gaya bahasa, ungkapan-ungkapan. - See more at: http://ilhamposts.blogspot.com/2012/11/makalah-pilihan-kata-diksi.html#sthash.1Uq7hvqH.dpuf
Bahasa terbentuk dari beberapa tataran gramatikal, yaitu dari tataran terendah
sampai tertinggi adalah kata, frase, klausa, kalimat. Ketika anda menulis dan
berbicara, kata adalah kunci pokok dalam membentuk tulisan dan ucapan. Maka
dari itu kata-kata dalam bahasa Indonesia harus dipahami dengan baik, supaya
ide dan pesan seseorang dapat dimengerti dengan baik. Kata-kata yang digunakan
dalam komunikasi harus dipahami dalam konteks alinea dan wacana. Tidak
dibenarkan menggunakan kata-kata dengan sesuka hati, tetapi harus mengikuti
kaidah-kaidah yang benar.
Menulis merupakan kegiatan yang menghasilkan ide secara terus-menerus dalam bentuk tulisan yang teratur yang mengungkapkan gambaran, maksud, gagasan, perasaan(ekspresif). Untuk itu penulis atau pengarang membutuhkan keterampilan dalam hal struktur bahasa dan kosa kata. Yang terpenting dalam menulis adalah penguasaan kosa kata yang merupakan bagian dari diksi. Ketepatan diksi dalam membuat suatu tulisan atau karangan tidak dapat diabaikan demi menghasilkan tulisan yang mudah dimengerti.
Diksi dapat diartikan sebagai pilihan kata pengarang dalam mengggambarkan “cerita” pengarang. Walaupun dapat diartikan begitu, diksi tidak hanya pilih-memilih kata saja atau mengungkapkan gagasan pengarang, tetapi juga meliputi gaya bahasa, ungkapan-ungkapan. - See more at: http://ilhamposts.blogspot.com/2012/11/makalah-pilihan-kata-diksi.html#sthash.1Uq7hvqH.dpuf
Menulis merupakan kegiatan yang menghasilkan ide secara terus-menerus dalam bentuk tulisan yang teratur yang mengungkapkan gambaran, maksud, gagasan, perasaan(ekspresif). Untuk itu penulis atau pengarang membutuhkan keterampilan dalam hal struktur bahasa dan kosa kata. Yang terpenting dalam menulis adalah penguasaan kosa kata yang merupakan bagian dari diksi. Ketepatan diksi dalam membuat suatu tulisan atau karangan tidak dapat diabaikan demi menghasilkan tulisan yang mudah dimengerti.
Diksi dapat diartikan sebagai pilihan kata pengarang dalam mengggambarkan “cerita” pengarang. Walaupun dapat diartikan begitu, diksi tidak hanya pilih-memilih kata saja atau mengungkapkan gagasan pengarang, tetapi juga meliputi gaya bahasa, ungkapan-ungkapan. - See more at: http://ilhamposts.blogspot.com/2012/11/makalah-pilihan-kata-diksi.html#sthash.1Uq7hvqH.dpuf
makasih artikelnya sangat bermanfaat. Kalau ada waktu baca juga Makalah Bahasa Indonesi 'Diksi atau Pemilihan Kata.
BalasHapussalam kenal.