Rabu, 30 Oktober 2013

Penalaran Induktif

BAB I
PENDAHULUAN



A. Latar Belakang
Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (pengamatan empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akat terbentuk proposisi–proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui. Dalam penalaran proposisi yang dijadikan dasar penyimpulan disebut dengan premis (antesedens) dan hasil kesimpulannya disebut dengan konklusi (consequence). Hubungan antara premis dan konklusi disebut konsekuensi.

Pencarian pengetahuan yang benar harus berlangsung menurut prosedur atau kaedah hukum, yaitu berdasarkan logika. Sedangkan aplikasi dari logika dapat disebut dengan penalaran dan pengetahuan yang benar dapat disebut dengan pengetahuan ilmiah. Untuk memperoleh pengetahuan ilmiah dapat digunakan dua jenis penalaran, yaitu Penalaran Deduktif dan Penalaran Induktif. Penalaran deduktif merupakan prosedur yang berpangkal pada suatu peristiwa umum, yang kebenarannya telah diketahui atau diyakini, dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan baru yang bersifat lebih khusus. Metode ini diawali dari pebentukan teori, hipotesis, definisi operasional, instrumen dan operasionalisasi. Dengan kata lain, untuk memahami suatu gejala terlebih dahulu harus memiliki konsep dan teori tentang gejala tersebut dan selanjutnya dilakukan penelitian di lapangan. Dengan demikian konteks penalaran deduktif tersebut, konsep dan teori merupakan kata kunci untuk memahami suatu gejala. Penalaran induktif merupakan prosedur yang berpangkal dari peristiwa khusus sebagai hasil pengamatan empirik dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan baru yang bersifat umum. Dalam hal ini penalaran induktif merupakan kebalikan dari penalaran deduktif. Dengan demikian, untuk mendapatkan pengetahuan ilmiah kedua penalaran tersebut dapat digunakan secara bersama-sama dan saling mengisi, dan dilaksanakan dalam suatu wujud penelitian ilmiah yang menggunakan metode ilmiah dan taat pada hukum-hukum logika.


B. Rumusan Masalah
Adapun perumusan masalah yang akan dibahas sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan penalaran induktif ?
2. Ada berapa jenis penalaran induktif ?
3. Bagaimana penulisan induktif di dalam sebuah kalimat dan penulisan ?


C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dalam makalah ini, antara lain :
1. Mengetahui definisi penalaran induktif
2. Dapat menguasai kemampuan berpikir, bersikap relasional, dan dinamis
3. Mampu menjelaskan tentang penalaran induktif

------------------------------------------------------------------------------------------

BAB II
PEMBAHASAN



2.1 Pengertian Penalaran Induktif
Penalaran merupakan pemiikiran, logika, pemahaman. Penalaran adalah proses berpikir yang dapat menghasilkan pengertian atau kesimpulan. Penalaran berlawanan dengan panca indera karena, nalar didapat dengan cara berpikir sehingga dapat mengetahui suatu kebenaran. Induktif merupakan hal yang dari khusus ke umum. Sehingga dapat dikatakan berpikir induktif adalah pola berpikir melalui hal-hal yang dari khusus lalu dihubungkan ke hal-hal yang umum. Penalaran Induktif adalah Proses yang berpangkal dari peristiwa yang khusus yang dihasilkan berdasarkan hasil pengamatan empirik dan mengjasilkan suatu kesimpulan atau pengetahuan yang bersifat umum.
Penalaran induktif adalah cara berpikir dengan menarik kesimpulan umum dari pengamatan atas gejala-gejala yang bersifat khusus. Misalnya pada pengamatan atas logam besi, alumunium, tembaga dan sebagainya. Jika dipanasi ternyata menunjukkan bertambah panjang. Dari sini dapat disimpulkan secara umum bahwa logam jika dipanaskan akan bertambah panjang. Biasanya penalaran induktif ini disusun berdasarkan pengetahuan yang dianut oleh penganut empirisme.
Contoh penalaran induktif : kucing berdaun telinga berkembang biak dengan melahirkan. kelinci berdaun telinga berkembang biak dengan melahirkan. Panda berdaun telinga berkembang biak dengan melahirkan.
Kesimpulan : semua hewan yang berdaun telinga berkembang biak dengan melahirkan.
 
2.2 Jenis-jenis Penalaran Induktif
Pada penalaran induktif terdapat beberapa jenis, yaitu :
1. Generalisasi
Generalisasi adalah suatu proses penalaran yang bertolak dari sejumlah fenomenal individual untuk menurunkan suatu inferensi yang bersifat umum yang mencakup semua fenomena. Generalisasi juga dapat dikatakan sebagai pernyataan yang berlaku umum untuk semua atau sebagian besar gejala, yang dimulai dengan peristiwa – peristiwa khusus untuk mengambil kesimpulan secara umum.
Contoh :
Bila seorang berkata bahwa mobil adalah semacam kendaraan pengangkut, maka pengertian mobil dan kendaraan pengangkut merupakan hasil generalisasi juga. Dari bermacam – macam tipe kendaraan dengan ciri – ciri tertentu ia mendapatkan sebuah gagasan mengenai mobil, sedangkan dan bermacam – macam alat untuk mengangkut sesuatu lahirlah abstraksi yang lebih tinggi ( = generalisasi lagi ) mengenai kendaraan pengangkut.
Generalisasi dibedakan dari segi bentuknya ada 2, yaitu : loncatan induktif dan yang bukan loncatan induktif. (Gorys Keraf, 1994 : 44-45)
  • Generalisasi Tanpa Loncatan Induktif (Generalisasi tidak sempurna)
Sebuah generalisasi bila fakta-fakta yang diberikan cukup banyak dan menyakinkan, sehingga tidak terdapat peluang untuk menyerang kembali.
Misalnya, untuk menyelidiki penyakit yang sering diderita oleh orang Indonesia pada umumnya, diperlukan ratusan sample untuk menyimpulkannya.
Contoh :
Hampir seluruh orang di Indonesia menderita sakit magh.
Generalisasi yang tidak sempurna juga dapat menghasilkan kebenaran apabila melalui prosedur pengujian yang benar.
Prosedur pengujian atas generalisasi tersebut adalah:
1. Jumlah sampel yang diteliti terwakili.
2. Sampel harus bervariasi.
3. Mempertimbangkan hal-hal yang menyimpang dari fenomena umum/ tidak umum.
  • Generalisasi Dengan Loncatan Induktif (Generalisasi sempurna)
Dalam loncatan induktif suatu fenomena belum mencerminkan seluruh faktayang ada. Fakta-fakta tersebut yang digunakan dianggap sudah mewakili seluruh persoalan yang diajukan. Dengan demikian loncatan induktif dapat diartikan sebagai loncatan dari sebagian evidensi kepada suatu generalisasi yang jauh melampauikemungkinan yang diberikan oleh ebidensi itu.
Contoh : Sensus penduduk

2. Analogi
Analogi dalam ilmu bahasa adalah persamaan antar bentuk yang menjadi dasar terjadinya bentuk-bentuk yang lain. Analogi merupakan salah satu proses morfologi dimana dalam analogi, pembentukan kata baru dari kata yang telah ada. Analogi dilakukan karena antara sesuatu yang diabandingkan dengan pembandingnya memiliki kesamaan fungsi atau peran. Melalui analogi, seseorang dapat menerangkan sesuatu yang abstrak atau rumit secara konkrit dan lebih mudah dicerna. Analogi yang dimaksud adalah anlogi induktif atau analogi logis.
Contoh analogi :
Untuk menjadi seorang pemain bola yang professional atau berprestasi dibutuhkan latihan yang rajin dan ulet. Begitu juga dengan seorang doktor untuk dapat menjadi doktor yang professional dibutuhkan pembelajaran atau penelitian yang rajin yang rajin dan ulet. Oleh karena itu untuk menjadi seorang pemain bola maupun seorang doktor diperlukan latihan atau pembelajaran.

Adapun jenis-jenis analogi :
1. Analogi induktif 
Analogi induktif, yaitu analogi yang disusun berdasarkan persamaan yang ada pada dua fenomena, kemudian ditarik kesimpulan bahwa apa yang ada pada fenomena pertama terjadi juga pada fenomena kedua. Analogi induktif merupakan suatu metode yang sangat bermanfaat untuk membuat suatu kesimpulan yang dapat diterima berdasarkan pada persamaan yang terbukti terdapat pada dua barang khusus yang diperbandingkan. 
Contoh analogi induktif :
Tim Uber Indonesia mampu masuk babak final karena berlatih setiap hari. Maka tim Thomas Indonesia akan masuk babak final jika berlatih setiap hari.
2. Analogi deklaratif :
Analogi deklaratif merupakan metode untuk menjelaskan atau menegaskan sesuatu yang belum dikenal atau masih samar, dengan sesuatu yang sudah dikenal. Cara ini sangat bermanfaat karena ide-ide baru menjadi dikenal atau dapat diterima apabila dihubungkan dengan hal-hal yang sudah kita ketahui atau kita percayai.
contoh analogi deklaratif :
deklaratif untuk penyelenggaraan negara yang baik diperlukan sinergitas antara kepala negara dengan warga negaranya. Sebagaimana manusia, untuk mewujudkan perbuatan yang benar diperlukan sinergitas antara akal dan hati.

3. Hubungan Kausal
Kausal adalah paragraph yang dimulai dengan mengemukakan fakta khusus yang menjadi sebab, dan sampai pada simpulan yang menjadi akibat. Serta bahwa setiap kejadian memperoleh kepastian dan keharusan serta kekhususan-kekhususan eksistensinya dari sesuatu atau berbagai hal lainnya yang mendahuluinya, merupakan hal-hal yang diterima tanpa ragu dan tidak memerlukan sanggahan. Keharusan dan keaslian sistem kausal merupakan bagian dari ilmu-ilmu manusia yang telah dikenal bersama dan tidak diliputi keraguan apapun.
Dalam kaitannya dengan hubungan kausal ini, terdapat tiga pola hubungan kausalitas, yaitu sebagai berikut : 
a.       Sebab-Akibat
   Sebab-akibat ini berpola A menyebabkan B. Disamping itu, hubungan ini dapat pula berpola A menyebabkan B, C, D, dan seterusnya. Jadi, efek dari satu peristiwa yang dianggap penyebab kadang-kadang lebih dari satu.
   Dalam kaitannya dengan hubungan kausal ini, diperlukan kemampuan penalaran seseorang untuk mendapatkan simpulan penalaran. Hal ini akan terlihat pada suatu penyebab yang tidak jelas terhadap sebuah akibat yang nyata. Kalau kita melihat sebiji buah mangga terjatuh dari batangnya, kita akan memperkirakan beberapa kemungkinan penyebabnya. Mungkin mangga itu ditimpa hujan, mungkin dihempas angin, dan mungkin pula dilempari anak-anak. Pastilah salah satu kemungkinana itu yang menjadi penyebabnya.
b.      Akibat-Sebab
         Dalam pola ini kita memulai dengan peristiwa yang menjadi akibat. Peristiwa itu kemudian kita analisis untuk dicari penyebabnya.
Contoh : Kemarin pak maman tidak masuk kantor. Hari inipun tidak. Pagi tadi  istrinya pergi ke apotek membeli obat. Oleh karena itu, pasti Pak Maman sedang sakit.
c.      Sebab Akibat -1 Akibat -2
         Suatu penyebab dapat menyebabkan serangkaian akibat. Akibat pertama berubah menjadi sebab yang menimbulkan akibat kedua. Demikianaalah seterusnya, hingga timbul arangkaian beberapa akibat.
Contoh :
Mulai bualan mei 2012, harga beberapa jenis BBM direncanakan akan mengalami kenaikan. Terutama premium dan solar. Hal ini karena pemerintah ingin mengurangi subsidi dengan harapan supaya ekonomi Indonesia kembali berlangsung normal. Dikarenakan harga bahan bakar naik, sudah barang tentu biaya angkutan pun akan naik pula. Jika biaya angkutan naik, harga barang pasti ikutn naik. Naiknya harga barang akan dirasakan berat oleh masyarakat. Oleh karena itu, kenaikan harga barang harus diimbangi dengan usaha menaikan pendapatan rakyat.

------------------------------------------------------------------------------------------

BAB III
PENUTUP



Dari berbagai penjelasan di atas dapat di simpulkan bahwa penalaran induktif adalah proses penalaran untuk menarik kesimpulan berupa prinsip atau sikap yang berlaku umum berdasarkan atas fakta-fakta yang bersifat khusus. Prosesnya disebut induksi. Dalam penalaran induktif ini terdapat tiga jenis penalaran, yaitu generalisasi, anologi, dan hubungan kausal.

Di dunia ini diciptakan Manusia dan binatang keduanya memiliki pengetahuan. Pengetahuan ini digunakan untuk membedakan baik dan buruk, hitam dan putih.. Senantiasa pengetahuan ini dikembangkan menurut permasalahan hidupnnya. Manusia lain dengan binatang, binaang menggunakan pengetahuannya hanya untuk bertahan hidup. Binatang dibekali pengetahuan untuk mengenali predator yang mengintai dirinya dan mengambil tindakan untuk melindungi diri. Akan tetapi, pengetahuan binatang tersebut tidak mampu mereka kembangkan. Jadi, pengetahuan binatang hanya digunakan untuk bertahan hidup.
Ada dua penyebab manusia mampu mengembangkan pengetahuannya. Pertama ialah karena manusia memiliki bahasa. Bahasa ini berguna dalam melakukan pengomunikasian informasi dan jalan pikiran yang melandasi informasi tersebut. Kedua adalah adanya kemampuan manusia dalam berpikir berdasarkan suatu alur kerangka berpikir tertentu. Cara berpikir inilah yang disebut dengan penalaran.
Menurut S. Suriasumantri, penalaran merupakan sebuah proses berpikir dalam menarik suatu kesimpulan yang berupa pengetahuan. Jelas sekali bahwa penalaran berkaitan dengan proses berpikir, bukan dengan merasa. Berpikir adalah kegiatan untuk memperoleh kebenaran. Proses berpikir yang berbeda mengakibatkan kebenaran berbeda-beda bagi setiap orang. Kriteria kebenaran terdapat pada setiap jalan pikiran sekaligus sebagai landasan bagi proses penemuan kebenaran.
- See more at: http://rezaiueomanage.blogspot.com/2012/03/makalah-penalaran-induktif.html#sthash.wPj44Wd3.dpuf
Di dunia ini diciptakan Manusia dan binatang keduanya memiliki pengetahuan. Pengetahuan ini digunakan untuk membedakan baik dan buruk, hitam dan putih.. Senantiasa pengetahuan ini dikembangkan menurut permasalahan hidupnnya. Manusia lain dengan binatang, binaang menggunakan pengetahuannya hanya untuk bertahan hidup. Binatang dibekali pengetahuan untuk mengenali predator yang mengintai dirinya dan mengambil tindakan untuk melindungi diri. Akan tetapi, pengetahuan binatang tersebut tidak mampu mereka kembangkan. Jadi, pengetahuan binatang hanya digunakan untuk bertahan hidup.
Ada dua penyebab manusia mampu mengembangkan pengetahuannya. Pertama ialah karena manusia memiliki bahasa. Bahasa ini berguna dalam melakukan pengomunikasian informasi dan jalan pikiran yang melandasi informasi tersebut. Kedua adalah adanya kemampuan manusia dalam berpikir berdasarkan suatu alur kerangka berpikir tertentu. Cara berpikir inilah yang disebut dengan penalaran.
Menurut S. Suriasumantri, penalaran merupakan sebuah proses berpikir dalam menarik suatu kesimpulan yang berupa pengetahuan. Jelas sekali bahwa penalaran berkaitan dengan proses berpikir, bukan dengan merasa. Berpikir adalah kegiatan untuk memperoleh kebenaran. Proses berpikir yang berbeda mengakibatkan kebenaran berbeda-beda bagi setiap orang. Kriteria kebenaran terdapat pada setiap jalan pikiran sekaligus sebagai landasan bagi proses penemuan kebenaran.
- See more at: http://rezaiueomanage.blogspot.com/2012/03/makalah-penalaran-induktif.html#sthash.wPj44Wd3.dpuf
Di dunia ini diciptakan Manusia dan binatang keduanya memiliki pengetahuan. Pengetahuan ini digunakan untuk membedakan baik dan buruk, hitam dan putih.. Senantiasa pengetahuan ini dikembangkan menurut permasalahan hidupnnya. Manusia lain dengan binatang, binaang menggunakan pengetahuannya hanya untuk bertahan hidup. Binatang dibekali pengetahuan untuk mengenali predator yang mengintai dirinya dan mengambil tindakan untuk melindungi diri. Akan tetapi, pengetahuan binatang tersebut tidak mampu mereka kembangkan. Jadi, pengetahuan binatang hanya digunakan untuk bertahan hidup.
Ada dua penyebab manusia mampu mengembangkan pengetahuannya. Pertama ialah karena manusia memiliki bahasa. Bahasa ini berguna dalam melakukan pengomunikasian informasi dan jalan pikiran yang melandasi informasi tersebut. Kedua adalah adanya kemampuan manusia dalam berpikir berdasarkan suatu alur kerangka berpikir tertentu. Cara berpikir inilah yang disebut dengan penalaran.
Menurut S. Suriasumantri, penalaran merupakan sebuah proses berpikir dalam menarik suatu kesimpulan yang berupa pengetahuan. Jelas sekali bahwa penalaran berkaitan dengan proses berpikir, bukan dengan merasa. Berpikir adalah kegiatan untuk memperoleh kebenaran. Proses berpikir yang berbeda mengakibatkan kebenaran berbeda-beda bagi setiap orang. Kriteria kebenaran terdapat pada setiap jalan pikiran sekaligus sebagai landasan bagi proses penemuan kebenaran.
- See more at: http://rezaiueomanage.blogspot.com/2012/03/makalah-penalaran-induktif.html#sthash.wPj44Wd3.dpuf

1 komentar:

  1. follow back dong kk blog saya

    mampir ya http://fauzi-sistem.blogspot.com/

    terimakasih

    BalasHapus